Definisi Stoikisme – Apakah kamu pernah mendengar istilah “stoikisme”? Bagi sebagian orang, kata ini mungkin masih terasa asing. Stoikisme atau juga disebut stoa merupakan suatu aliran filsafat Yunani Kuno yang mulai dikenal pada awal abad ke-3 SM. 

Aliran stoikisme didirikan oleh Zeno dari Citium, seorang filsuf Yunani. Selain Zeno, filsuf lain yang terlibat adalah Kleanthes dari Assos dan Chrysippus dari Soli. 

Sebenarnya apa itu stoikisme dan apakah aliran filsafat tersebut masih relevan dan bermanfaat untuk dilakukan dalam kehidupan sehari-hari pada zaman sekarang? Apa saja hal yang dapat dilakukan sebagai bentuk penerapan stoikisme?

Baca juga: Ilmu Fisafat: Berikut Pengertian, Aliran, dan Cabangnya

Pengertian Apa itu Stoikisme

Definisi stoikisme menurut kamus Oxford adalah daya tahan terhadap rasa sakit atau kesulitan tanpa mengeluh. Sementara itu, dalam Stanford Encyclopedia of 

Philosophy, “stoic” diambil dari kata “teras” (stoa poikilê) dari bahasa Yunani. Disebut demikian karena pengikut aliran ini berkumpul di tangga Agora di Athena, tempat berlangsungnya kuliah stoikisme pada zaman itu. Fakta menarik lainnya, orang Yunani kuno sering memberikan nama pada sekolah filsafat tergantung dari tempat mereka bertemu.

Secara umum, stoikisme dipahami sebagai aliran filsafat yang berpandangan bahwa manusia harus mampu mengontrol emosinya agar bisa bersyukur atas apa yang terjadi. Dalam aliran stoikisme ditekankan prinsip bahwa manusia merupakan makhluk yang mudah dipengaruhi emosi. Karena kondisi itu, manusia sering melupakan hal positif yang diterimanya. 

Prinsip-Prinsip Stoikisme

Pembahasan tentang suatu aliran filsafat tidak akan jauh-jauh dari pembahasan mengenai prinsip-prinsip yang terdapat di dalamnya. Ada beberapa prinsip utama dalam stoikisme yang bisa kamu pelajari, yaitu:

1. Hidup Selaras dengan Alam

Jika kamu ingin menikmati kehidupan yang lancar, hiduplah selaras dengan alam. Inilah inti dari ajaran stoikisme. Penganut aliran ini meyakini bahwa alam semesta bersifat rasional. 

Zeno mempercayai bahwa setiap manusia memiliki daimon yang membuatnya terhubung dengan alam semesta. Mereka yang menjaga harmoni dengan alam akan mengalami kebahagiaan, demikian pula sebaliknya. 

2. Kebahagiaan dari Kebaikan

Penganut stoikisme percaya bahwa kebahagiaan bisa diperoleh dengan mengejar kebaikan, bukan dari kepemilikan atas benda-benda. Pengejaran tersebut melibatkan ujian keinginan, keengganan, dan dorongan dari hati. 

Kebaikan dalam paham stoikisme terdiri atas empat bagian, yaitu kebijaksanaan, pengendalian diri, keadilan, dan keberanian. Dengan mengutamakan kebaikan, manusia bisa hidup lebih bahagia.

3. Mengendalikan Pikiran, Bukan Peristiwa Eksternal

Ketika seseorang bisa melihat suatu peristiwa eksternal dengan cara pandang yang tepat, ia akan merasa lebih mantap dalam menjalani hidup. Banyak hal yang terjadi sering kali berada di luar kontrol dan bukan tergantung pada seorang individu. 

Namun, cara menggunakan akal dan membentuk opini terhadap peristiwa tersebut sepenuhnya dapat dikendalikan.

4. Memiliki Sumber Daya Batin untuk Berkembang

Penganut stoikisme percaya bahwa setiap orang memiliki sumber daya batin yang dibutuhkan untuk berkembang. Dengan sumber daya tersebut, penganut stoikisme dapat menghilangkan emosi yang beracun dan menggantikannya dengan emosi yang baik dan positif. Manusia tidak dilahirkan dalam kondisi rusak, tetapi telah dilengkapi dengan sumber daya.

5. Tidak Mengeluh dan Menyalahkan Orang Lain

Prinsip yang dipegang oleh penganut stoikisme adalah tidak mengeluh dan menyalahkan orang lain terhadap apa yang terjadi. Mereka mengambil tanggung jawab atas apa yang terjadi karena percaya pada diri rasional yang bersatu. 

Ini berarti bahwa hanya mereka yang dapat membiarkan sesuatu yang buruk terjadi, yaitu karena pilihan dan tindakan diri sendiri. 

Cara Menerapkan Stoikisme

Menerapkan filosofi stoikisme dalam kehidupan sehari-hari dapat membuat kualitas hidup lebih meningkat. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan sebagai wujud penerapan filosofi ini, antara lain:

1. Menyadari Banyak Hal Terjadi di Luar Kendali 

Menganut filosofi stoikisme, seseorang bisa menjadi lebih tenang dan bahagia. Hal ini karena penganut stoikisme percaya bahwa peristiwa eksternal bukan hal yang bisa dikendalikan. 

Namun, sikap atau respons terhadap peristiwa itulah yang paling penting. Seseorang tidak perlu merasa bersalah karena apa yang terjadi. 

2. Menerima Hal yang Tidak Bisa Diubah

Penting untuk memahami bahwa ada hal-hal di dunia ini yang tidak bisa diubah. Selaras dengan prinsip stoikisme bahwa tugas manusia adalah mengendalikan pikirannya, bukan peristiwa eksternal. 

Dengan demikian, hidup akan menjadi lebih tenang dan bisa ikhlas menerima suatu hal tanpa mempermasalahkannya lebih lanjut. 

3. Bersikap Positif Akan Membuat Hidup Lebih Bahagia

Menurut aliran stoikisme, semua hal yang terjadi di dunia ini sebenarnya natural dan netral. Namun, manusia kerap membumbuinya dengan pandangan dan perasaan diri sehingga menjadi terkesan negatif. Nah, setelah mengetahui hal itu, langkah yang perlu dilakukan adalah memandang suatu peristiwa secara positif sehingga hidup pun lebih bahagia. 

4. Memilih Bersikap Baik

Cara untuk merasakan kebahagiaan dengan prinsip stoikisme adalah memilih untuk bersikap baik kepada sesama manusia. Mengejar kebaikan akan membuat seseorang lebih bahagia ketimbang memiliki barang-barang tertentu. 

Dengan cara pandang seperti ini, penganut stoikisme akan lebih mengutamakan tindakan kebaikan kepada orang lain daripada bersikap konsumtif. 

Manfaat Stoikisme

Bukan hanya membuat hidup lebih bahagia dan tenang, stoikisme memiliki beberapa manfaat dan pengaruh bagi kehidupan, yaitu:

  • Membuat seseorang lebih mudah untuk mensyukuri kehidupannya. Hal ini karena seseorang terlatih untuk melihat hal positif daripada hal negatif dari suatu peristiwa atau kejadian. 
  • Melatih seseorang untuk mengontrol emosi yang dirasakannya sehingga tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain.
  • Bersikap lebih realistis terhadap apa yang terjadi dan tidak terbawa emosi.
  • Tidak mudah menyalahkan orang lain atas peristiwa-peristiwa buruk. Penganut stoikisme lebih memilih untuk mengubah cara pandang sehingga peristiwa tersebut.

Baca juga: Apa Itu Filsafat Epistemologi? Berikut Pengertian, Tujuan, dan Contohnya

Tertarik untuk mempelajari lebih banyak topik seputar stoikisme? Ada beberapa podcast seputar stoikisme menarik yang harus kamu dengarkan di Noice. Salah satunya, cek podcast Stuff you Should Know dalam episode “What exactly is stoicism?” dan podcast The Gray Area with Sean Illing dalam episode The Philosophers: Stoic Revival, sebuah percakapan menarik dengan Ryan Holiday yang merupakan salah satu penulis stoikisme paling terkenal di era modern ini.

Dengarkan pula berbagai konten audio dalam bentuk podcast, audiobook, radio online, dan audioseries yang seru dan inspiratif di web player Noice. Download aplikasinya terlebih dahulu di PlayStore atau App Store

The Philosophers: Stoic revival

The Gray Area with Sean Illing

Ide Pokok
“The Introvert’s Complete Career Guide”

Jane Finkle