Meski didapuk menjadi film laga drama terbesar tahun ini, film Believe bukan melulu soal besarnya ledakan, dan peliknya adu senjata. Film ini juga menaruh perhatian besar pada unsur drama dengan menyoroti beratnya perjuangan para anggota keluarga prajurit yang ditinggal berperang. “Ini salah satu alasan kenapa ada dua sutradara” ungkap Produser film Believe, Celerina Judisari, “Kita memang bikin film perang, tapi kita gak mau sampai film ini kehilangan jiwanya, yaitu tentang perjuangan, baik itu bagi mereka yang berangkat berperang, maupun mereka yang ditinggal berperang” lanjutnya.  

Duo sutradara film Believe, Rahabi Mandra dan Arwin Tri Wardhana, memang ditugaskan untuk memastikan kedua unsur utama film ini, laga dan drama, sama-sama mendapat perhatian khusus, agar film ini tidak hanya terlihat dahsyat secara sinematografi, tapi juga mampu memberi makna personal bagi penonton. “Banyak yang gak diceritakan saat seorang prajurit itu pergi berperang. Nah kita mau memberi gambaran itu, gimana sebuah keluarga, baik itu istri maupun anaknya, harus bertahan, padahal gak ada jaminan suami atau ayah mereka bakal balik dari medan perang” ujar sang sutradara Rahabi Mandra yang akrab disapa Abi. 

“Sebenarnya ini relate buat semua, bukan hanya keluarga prajurit ya. Kan banyak juga keluarga yang harus merelakan orang kesayangan mereka bertugas dalam waktu lama meninggalkan rumah, bahkan melakukan pekerjaan yang beresiko. Kita ingin film ini bisa menyadarkan banyak orang tentang apa yang dialami oleh keluarga yang ditinggal. Nah Evi ini salah satu tokoh yang menggambarkan betapa bernilainya kesetiaan” tambah Arwin.

Tokoh Evi memang menjadi salah satu tokoh yang mencuri perhatian dalam film Believe. Evi adalah istri dari Agus, seorang prajurit yang harus berkali-kali meninggalkan rumah demi tugas negara. Bukan hanya satu kali, Evi harus menghadapi realita ditinggal pergi setelah menikah, dan bahkan ditinggal lagi saat sedang hamil besar. Namun, meski tak mampu mengungkapkan rasa kehilangannya, Evi tetap berjuang menghadapinya sendirian, karena menyadari suaminya harus menjalankan tugas yang besar.

Dalam kesunyian itulah tokoh Evi menunjukkan keteguhan hatinya. Ia tidak melawan atau mengeluh, tapi memilih setia dan menjadi support system bagi suaminya. Sebuah kisah yang terasa sederhana, namun sangat kuat karena mewakili banyak perempuan di dunia nyata, terutama istri para prajurit yang hidup dalam bayang-bayang kehilangan. 

Hal inipun ditangkap oleh sejumlah ibu yang beruntung dapat menyaksikan film Believe dalam kesempatan penayangan khusus yang berlangsung di kota Bandung, Jawa Barat. “Paling sedih tuh pas lihat Evi harus terima waktu mau ditinggal perang. Kebetulan suami saya kan prajurit juga, jadi disitu saya kerasa bangetwah film ini kok bisa memahami gimana perasaan saya setiap suami saya juga harus bertugas, kan kadang tugasnya ke tempat yang berbahaya, kira-kira ya gitu juga perasaan saya” ungkap salah satu ibu yang jadi penonton di Bandung.

Di balik letupan dan tembakan, film Believe menyisipkan pesan yang menyentuh: kesetiaan adalah bentuk keberanian lain yang sering tak terlihat. Film ini mengajak kita melihat cinta bukan dari kemewahan, tapi dari keberanian untuk tetap ada, meski dalam diam. Tidak hanya menawarkan pilihan genre laga perang yang langka dalam industri perfilman Indonesia, film Believe juga menampilkan nilai yang tak kalah langka, yaitu kesetiaan, yang justru menjadi bagian besar dari film ini.

Film Believe adalah debut perdana rumah produksi Bahagia Tanpa Drama, diproduseri oleh Celerina Judisari, Sutradara: Rahabi Mandra dan Arwin Tri Wardhana. Dibintangi oleh: Ajil DittoAdinda ThomasWafda SaifanMaudy Koesnaedi dan Marthino Lio


Jangan lewatkan, Film Believe – Takdir, Mimpi, Keberanian akan tayang di bioskop di seluruh Indonesia, mulai tanggal 24 Juli 2025