Budaya Jawa Budaya Jawa sangatlah beragam karena berasal dari suku mayoritas di Indonesia. Suku ini meliputi masyarakat pribumi dari wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Yogyakarta. Ketiganya merupakan bekas wilayah kekuasaan Majapahit. Itulah sebabnya Jawa Barat (Sunda) tidak termasuk suku Jawa meskipun berada di Pulau Jawa. 

Sebagai suku tertua ke-6 di Tanah Air, suku Jawa memiliki kekayaan budaya dan tradisi. Untuk mengetahui seperti apa budaya dan tradisi Jawa, simak terus ulasan berikut ini.

Baca juga: Mencicipi Ragam Kuliner Khas Jawa yang Sarat Makna

Mengenal Ragam Budaya Jawa

Bahasa dan Aksara Jawa

Jenis budaya suku Jawa pertama yang masih ada hingga sekarang adalah bahasa. Mayoritas masyarakat suku Jawa masih menggunakan bahasa Jawa sebagai alat berkomunikasi dengan sesama orang Jawa. 

Menariknya, bahasa daerah milik suku Jawa memiliki unggah-ungguh atau tingkatan bahasa sesuai dengan lawan bicara. Setidaknya ada empat tingkatan dalam Bahasa Jawa, berikut di antaranya:

  • Ngoko lugu: Merupakan bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi dengan orang sebaya atau yang lebih muda. Misal, komunikasi sesama teman.
  • Ngoko alus: Digunakan untuk berkomunikasi dengan orang yang sudah dikenal, tetapi tetap menjunjung kesopanan. Contohnya, komunikasi antar rekan kerja.
  • Kromo lugu: Digunakan untuk berbicara dengan orang yang lebih tua atau belum akrab. Misal, anak buah dengan atasan.
  • Kromo inggil: Sama seperti kromo lugu, kromo inggil juga digunakan untuk berkomunikasi dengan orang yang lebih tua atau belum dikenal. Bedanya terletak pada kosakata yang digunakan.

Bahasa Jawa kromo hanya digunakan oleh masyarakat di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Sementara, masyarakat Jawa Timur lebih menggunakan bahasa ngoko. Selain berbeda dalam tingkatan, dialek bahasa Jawa per daerah juga berbeda-beda. Misalnya, dialek ngapak biasa digunakan di daerah Banyumas, Cilacap, Banjarnegara, dan Purbalingga.

Selain itu, suku Jawa juga memiliki aksara kuno, yakni hanacaraka. Meski sudah tidak digunakan untuk komunikasi tertulis di zaman modern, hanacaraka masih diajarkan di institusi pendidikan dasar hingga menengah.

Budaya Jawa dalam Bentuk Kesenian

Kesenian khas suku Jawa sangat beragam. Mulai dari seni pertunjukan hingga kerajinan tangan, setiap daerah suku Jawa memiliki ciri khasnya masing-masing. Berikut beberapa kesenian Jawa yang paling populer.

1. Wayang kulit

Wayang kulit merupakan kesenian pertama Indonesia yang masuk dalam kategori Warisan Budaya Tak Benda UNESCO. Seni tradisional tanah Jawa ini menggabungkan beragam jenis kesenian. Di antaranya seni peran, seni musik, seni suara, seni lukis, sastra, dan seni pahat. Kini, wayang digunakan sebagai media hiburan yang edukatif.

2. Reog

Reog adalah seni pertunjukan asal Ponorogo, Jawa Timur. Pagelaran reog sudah ada sejak 1920 dan hingga kini terus mengalami perkembangan. Daerah-daerah di luar Ponorogo pun memiliki versi reognya masing-masing. Salah satunya adalah reog topeng ireng yang berkembang di daerah Selo, Boyolali, Jawa Tengah.

3. Batik

Produk kerajinan yang satu ini juga termasuk warisan budaya asli Indonesia yang sudah diakui UNESCO. Sobat Budaya dan Bandung Fe Institute mencatat ada lebih dari lima ribu motif yang tersebar dari Sabang hingga Merauke. Beberapa motif yang populer meliputi batik  Sogan (Solo), Kraton (Yogyakarta), Gentongan (Madura), Tujuh Rupa (Pekalongan), dan sebagainya.

Upacara Adat dalam Budaya Jawa

Produk budaya Jawa selanjutnya adalah upacara adat. Upacara adat dapat dijelaskan sebagai suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh sekelompok masyarakat tradisional. Kegiatan ini umumnya berkaitan dengan keyakinan yang dianut oleh masyarakat tersebut.

Masyarakat Jawa sendiri memiliki beragam upacara adat yang masih diselenggarakan secara turun temurun. Tujuan dan waktu pelaksanaannya pun berbeda-beda, tergantung daerah masing-masing. 

Adapun beberapa contohnya berdasarkan tujuannya adalah sebagai berikut.

  • Kelahiran: Mayoritas masyarakat Jawa masih memiliki tradisi khusus untuk menyambut kelahiran anak. Di antaranya adalah upacara brokohan (saat bayi lahir), sepasaran (bayi berusia lima hari), dan puputan (saat tali pusat bayi putus).
  • Kematian: Upacara untuk memperingati kematian seseorang diawali dengan acara telung dina atau mitung dina, yakni tiga atau tujuh hari kematian. Kemudian matang puluh dina (40 hari) dan nyatus (100 hari). Selanjutnya, upacara mendhak sepisan (setahun kematian), pindho (tahun kedua), dan nyewu (1000 hari kematian).
  • Penyambutan bulan tertentu: Ada sejumlah upacara adat Jawa yang dilaksanakan untuk menyambut datangnya bulan tertentu. Misalnya sadranan, padusan, dan dugderan untuk menyambut bulan Ramadan.

Kepercayaan Lokal dalam Budaya Jawa

Tahukah kamu bahwa upacara-upacara adat di atas adalah tradisi Kejawen? Nah, Kejawen adalah kepercayaan atau pandangan hidup yang dianut masyarakat Jawa. Kejawen muncul karena akulturasi agama pendatang dan kepercayaan lokal masyarakat Jawa zaman dulu. 

Dari bukti-bukti yang ada, masyarakat Jawa tak pernah menyebut Kejawen sebagai agama. Namun, lebih ke filosofi, sikap, tradisi, dan budaya yang erat kaitannya dengan spiritualitas masyarakat Jawa sendiri.

Masyarakat Kejawen mengakui keesaan Sang Pencipta. Mereka juga relatif taat menjalankan perintah-perintah dalam agama yang dianut. Sebab, inti dari filsafat Kejawen adalah sangkan paraning dumadhi. Artinya, dari mana datang dan kembalinya ciptaan Tuhan. 

Kejawen juga mengajarkan manunggaling kawula lan Gusthi yang berarti bersatunya hamba dengan Sang Pencipta. Nah, dari sinilah terbentuk empat misi utama dalam ajaran Kejawen. Berikut empat misi tersebut:

  • Mamayu hayuning pribadhi, artinya menjadi rahmat bagi diri sendiri.
  • Mamyu hayuning kulawarga, artinya menjadi rahmat bagi sesama.
  • Mamayu hayuning bhawana, artinya menjadi rahmat bagi alam semesta.

Kuliner dalam Budaya Jawa

Kuliner Jawa sama beragamnya dengan produk-produk budaya masyarakat Jawa lainnya. Setiap daerah memiliki aneka jenis hidangan dengan ciri khasnya masing-masing. Misalnya, masakan Jawa Timur cenderung bercita rasa pedas dan asin. Olahan ikan seperti petis dan terasi kerap digunakan pada masakan.

Umumnya, masakan khas Jawa Timur diolah dengan cara dipepes, dikukus, digoreng, serta dibakar. Beberapa hidangan yang paling populer adalah lodho ayam, rujak cingur, lontong kupang, tahu campur, dan masih banyak lagi.

Sementara, kuliner daerah Jawa Timur di bagian barat hingga Jawa Tengah dan Yogyakarta lebih cenderung manis. Ini karena dulunya wilayah tersebut banyak dijumpai pabrik gula. Selain itu, olahan di daerah-daerah tersebut juga tidak terlalu pedas dengan rasa bawang putih yang kuat. Contohnya bacem-baceman, gudeg, kupat tahu, dan lain sebagainya.

Baca juga: Mitos Jawa yang Masih Dipercaya Hingga Saat Ini

Demikianlah pembahasan mengenai ragam budaya Jawa. Nah, buat kamu yang ingin lebih mengenal kehidupan masyarakat Jawa, kamu bisa loh mendengarkan podcast Cerita Kampung Halaman. Podcast ini bisa kamu dengarkan secara gratis di web player Noice. Kamu juga bisa mengunduh aplikasinya di App Store atau Play Store. Yuk, dengerin!

Cerita Kampung Halaman

Yusril Fahriza dan Mukti Entut