Rangkuman Buku Sapiens – Sapiens adalah salah satu buku yang paling banyak direkomendasikan untuk dibaca terutama bagi kamu yang menyukai nonfiksi-sejarah dan peradaban manusia. Tulisan ini merupakan hasil karya Yuval Noah Harari, seorang sejarawan asal Israel. Lewat rangkuman buku di bawah ini, kamu dapat melihat gambaran sejarah manusia dan peradabannya hingga mampu menjadi makhluk superior yang menguasai dunia saat ini.

Membahas sejarah tak kalah menariknya dengan membahas masa depan. Lewat sejarah, kamu dapat mengetahui sebab-sebab terjadinya suatu kondisi dan menemukan strategi untuk mencapai sebuah mimpi. 

Dalam Sapiens, Harari menceritakan bagaimana riwayat singkat umat manusia sejak masa prasejarah, termasuk pembahasan gamblang mengenai Homo Erectus, Homo Neanderthal, hingga Homo Sapiens. Selain itu, buku yang telah terjual jutaan eksemplar di seluruh dunia ini juga mengisahkan tiga revolusi penting yang berperan dalam membentuk jalannya sejarah dunia menurut sang penulis, yakni Revolusi Kognitif, Revolusi Agrikultur, dan Revolusi Saintifik.

Rangkuman buku Sapiens berikut akan memberimu gambaran mengenai bagaimana sejarah manusia sejak ratusan tahun lalu. Sebagai catatan, Sapiens tidak memuat kumpulan fakta sejarah murni, tetapi juga terdapat campuran opini pribadi Harari.

Perkembangan Bahasa Mendukung Adaptasi

Dalam banyak catatan dan rangkuman buku sejarah yang dapat kamu temukan, evolusi manusia pada akhirnya melahirkan Homo Sapiens. Homo Sapiens menjadi spesies terkuat yang mampu mengalahkan spesies manusia lainnya dan bertahan hingga kini—bahkan menjajah daerah dan menguasai planet. Belum genap 300.000 tahun lamanya, Sapiens—manusia modern—muncul untuk kali pertama. 

Namun, dalam kurun waktu yang terbilang cukup pendek ini, apa yang membuat Sapiens menjadi “pemenang”nya? Apa yang membuatnya menjadi spesies yang tidak terkalahkan dan bahkan menjadi makhluk superior di muka bumi?

Pada dasarnya, kemampuan berpikir dan berkomunikasi yang menjadi alasan mengapa Sapiens bertahan dan tak terkalahkan. Sekitar 70.000 tahun lalu, terjadi Revolusi Kognitif pada otak manusia. Dampaknya, otak manusia mengalami perkembangan instan yang cukup signifikan. Manusia mampu membentuk komunitas lebih luas, menemukan alat dan teknik berburu yang lebih canggih, hingga berdagang.

Perkembangan ini membuat manusia modern dapat melakukan penjelajahan dengan adaptasi yang jauh lebih baik dibandingkan spesies sebelumnya. Kemampuan berbahasa pun menjadi cara mereka untuk memperluas komunitas. Makin luas komunitas yang terbentuk, makin mudah pula bagi mereka untuk beradaptasi dan memenuhi kebutuhan hidup.

Seperti contoh, berbahasa memungkinkan mereka untuk saling berbagi lokasi makanan. Homo Sapiens juga dapat melakukan penyesuaian tatanan sosial lewat kemampuan berbahasa dan berkomunikasi. 

Baca Juga: Rangkuman Buku A History of God: Sejarah Pencarian Tuhan Berbagai Agama

Ide Pokok “Sapiens”

Yuval Noah

Pembuatan Uang 

Sebelum adanya Revolusi Agrikultur, kehidupan manusia terbilang cukup sederhana. Saat memerlukan sesuatu, besar kemungkinan tetangga atau orang di sekitarmu akan membantu. Kamu hanya perlu meyakinkan mereka bahwa kamu juga akan membantu mereka kelak apabila mereka berada dalam posisi yang membutuhkan. Ini pula yang barangkali menjadi cikal bakal lahirnya sistem balas budi.

Di banyak catatan dan rangkuman buku sejarah, kamu bisa menemukan bahwa sistem barter telah lama muncul. Sistem barter sendiri sebenarnya dimulai dari sistem balas budi yang telah ada sebelumnya.

Di masa berkebun dan bercocok tanam, manusia dapat memenuhi kebutuhan makan untuk satu komunitas sekaligus. Mereka jadi memiliki banyak waktu untuk menenun dan membuat besi untuk kemudian ditukar dengan bahan makanan lainnya. 

Namun lama kelamaan, sistem barter ini tidak lagi dianggap efektif. Pasalnya, tidak semua barang jadi yang dimiliki sesuai dengan yang dibutuhkan oleh pihak lainnya. Dari situlah, sekitar 3.000 tahun lalu, Sapiens akhirnya membuat sistem pembayaran sederhana. Orang-orang Mesopotamia yang memprakarsai dengan menggunakan biji barley sebagai uang untuk metode pembayaran.

Bertani dan Dampak Buruknya bagi Manusia 

Apakah rangkuman buku yang masih membahas “secara dangkal” dari keseluruhan buku Sapiens ini sudah mulai menarik minatmu? Kalau belum, tunggu sampai bagaimana Sapiens membuka sudut pandang lain mengenai agrikultur yang selama berabad-abad dianggap sebagai sesuatu yang minim dampak buruk bagi manusia.

Sejak memasuki masa agrikultur sekitar 12.000 tahun lalu, Homo Sapiens tidak perlu lagi berpindah-pindah. Mereka dapat menetap di sebuah daerah, bertanam, dan menjinakkan hewan untuk dijadikan bahan pangan. 

Jika kini kegiatan bertani dianggap sepele, tetapi barangkali kamu perlu mempertanyakan mengapa para leluhur dulu memilih untuk meninggalkan kegiatan berburu. Padahal di masa berburu dan meramu, manusia hanya membutuhkan waktu sekitar 4 jam untuk dapat menikmati hasilnya, sedangkan bertani membutuhkan waktu yang jauh lebih panjang. 

Dari segi kualitas yang dihasilkan pun, bertani hanya dapat menghasilkan biji-bijian yang itu-itu saja dan bahkan memiliki nutrisi yang lebih rendah dibandingkan hasil berburu dan meramu. Selain itu, tanpa disadari, bertani mendorong terjadinya ledakan populasi Sapiens.

Masa Paling Damai Sepanjang Sejarah 

Satu lagi hal menarik lainnya dari buku Sapiens yang dapat membuatmu mempertanyakan berbagai “fakta” dari berbagai rangkuman buku atau literasi lainnya adalah mengenai globalisasi. Era yang kerap mendapat banyak kritik ini nyatanya menjadi masa yang paling damai sepanjang sejarah.

Globalisasi dinilai sebagai masa segala sesuatunya seolah dipaksa homogen dan menjadi satu kesatuan. Namun di sisi lain, hal ini membuat satu sama lain jadi saling bergantung untuk memenuhi kebutuhannya. 

Konflik perang yang dapat memicu ketidakstabilan pun mulai dihindari untuk mempertahankan kemerdekaan dunia. Sejak 1945, tidak ada lagi negara independen yang dijajah atau dimusnahkan oleh negara lainnya. Dibandingkan era sebelum Perang Dunia II berakhir, kondisi sekarang justru jauh lebih damai.

Kondisi sekarang juga lebih baik dibandingkan masa berburu dan meramu dulu. Di masa itu, 30% dari pria dewasa dapat menjadi korban pembunuhan, sedangkan sekarang, nilainya berada di angka sekitar 1%. Adapun perubahan ini mulai terjadi sejak masa hierarki yang menuntut masyarakat patuh pada hukum yang melarang kekerasan.

Baca Juga: Rangkuman Buku Homo Deus, Cerita Tentang Masa Depan Umat Manusia

Selain empat hal di atas, masih ada banyak hal-hal menarik lain yang menantimu di dalam buku Sapiens. Kamu dapat mempelajari lebih banyak tentang sejarah manusia lewat rangkuman buku Sapiens di Noice audiobook. Dengan pembawaan yang asyik, dijamin membedah buku di Noice tidak akan membosankan! Yuk, download gratis aplikasi Noice di AppStore dan PlayStore.

Ide Pokok “Sapiens”

Yuval Noah