Arti & Ciri-ciri Workaholic – Bagi sebagian orang, bekerja merupakan bagian yang melengkapi kehidupan mereka. Kadang-kadang, pekerjaan bahkan bisa menyita waktu istirahat makan siang karena seseorang tengah diburu deadline atau membuat ponsel pribadi jadi penuh oleh e-mail pekerjaan.

Walau terkadang merasa sedang terhanyut dan semangat bekerja juga tidak ada salahnya, bila pekerjaan mu mengganggu kesehatan fisik, mental, dan hubungan bersama orang-orang terdekat di sekitar mu, maka kamu harus waspada akan ciri-ciri workaholism.

Ingin tahu lebih lanjut seputar workaholism? Ini dia pengertian, ciri-ciri, dan risikonya yang perlu kamu ketahui!

Baca juga: Sedang Tren, Yuk Cari Tahu Lebih Jauh tentang Hustle Culture

Apa Itu Workaholic?

Workaholism berasal dari gabungan kata work dan alkoholisme. Istilah workaholic artinya adalah seseorang yang memiliki kecanduan bekerja atau kebutuhan kompulsif dan tak terkendali akan pekerjaan yang tak henti-hentinya.

Seorang workaholic lebih mementingkan pekerjaan di atas keluarga, teman-teman, dan hubungan atau komitmen penting lainnya. Jumlah jam kerja terkadang menjadi indikator workaholism, tetapi gejala-gejala lain perlu juga dipertimbangkan. 

Bagaimana Ciri-Ciri Workaholic?

Inilah beberapa karakteristik dari workaholism:

  • Perfeksionis — Harga diri seorang yang gila kerja akan terganggu jika melakukan kesalahan. Hal ini membuatnya terbebani dengan standar kesempurnaan.
  • Kesadaran tinggi dalam pekerjaan — Kesadaran ini membuat seorang yang gila kerja memegang kedisiplinan diri, tanggung jawab, dan ketertiban. Selain itu, kesadaran tinggi mendorong seseorang untuk mencapai target yang kelewat tinggi dan tidak realistis sehingga menjerumuskannya dalam siklus kecanduan. Tidak hanya faktor internal, faktor lingkungan yang mengglorifikasi kerja berlebihan juga bisa menjadi pemicu.
  • Berorientasi pada pencapaian — Seorang yang gila kerja sangat takut dinilai gagal. Ketakutan ini mendorongnya untuk bekerja berlebihan untuk mencapai hasil yang gemilang.
  • Sifat-sifat obsesif dan kompulsif — Terlalu kaku, teratur, dan superego dapat mengakibatkan sifat kompulsif saat bekerja. Kondisi ini juga menyebabkan seseorang memikirkan pekerjaan ketika melakukan kegiatan lain. Seorang workaholic kesulitan untuk melepaskan diri dari pekerjaan dan merasa cemas saat berhenti bekerja.

Lalu, bagaimana cara mengenali seseorang dengan kecenderungan workaholism? Berikut tanda-tandanya:

  • Kehidupan berputar di sekitar pekerjaan. Misalnya, memprioritaskan jadwal atau komitmen kerja saat membuat rencana atau keputusan dalam hal-hal nonpekerjaan.
  • Terus-menerus memikirkan atau membicarakan pekerjaan, bahkan saat melakukan kegiatan lain.
  • Bekerja dalam jangka waktu yang lama, bahkan di atas waktu yang ditentukan atau dibutuhkan.
  • Kurang menikmati tugas-tugas yang tidak berhubungan dengan pekerjaan karena terlalu sibuk.
  • Kurang bisa berhenti sejenak dan berusaha menghadapi hal-hal yang sedang ada di depan mata.
  • Terobsesi dengan kesuksesan yang berkaitan dengan pekerjaan. Kadang-kadang, obsesi ini menyebabkan paranoia atau ketakutan parah akan kegagalan.
  • Sering menggunakan pekerjaan untuk mengatasi atau menghindari ketidaknyamanan yang berhubungan dengan relasi, trauma, penyesalan, depresi, rasa bersalah, atau kejadian hidup signifikan seperti perceraian dan kematian.
  • Jarang memiliki hubungan atau hobi yang sehat di luar pekerjaan.
  • Sengaja atau tidak sengaja mengutamakan pekerjaan daripada kebutuhan dasar. Misalnya, olahraga, makan makanan bergizi, waktu tidur, kebersamaan dengan orang lain, dan relaksasi atau hobi.
  • Hilang kendali sampai-sampai tidak mau lepas dari pekerjaan meski tahu konsekuensinya.

Apakah Menjadi Workaholic Berbahaya?

Tentu saja, apa pun yang berlebihan itu berbahaya! Inilah dampak-dampak negatif yang mengintai seorang gila kerja:

1. Workaholism mengakibatkan burnout

Barbara Killinger, penulis Psychology Today, pernah menyebutkan dampak dari workaholism, yaitu burnout atau “Workaholic Breakdown Syndrome”. Dia menjelaskan bahwa seorang yang kecanduan bekerja kerap meragukan diri sendiri karena sudah tidak mampu memahami perasaan.

Secara psikologis, otak kiri merasa asing dengan sensasi perasaan. Bagian otak ini memberikan kemampuan untuk fokus pada kegunaan dan keterampilan untuk memecahkan masalah. Sayangnya, kemampuan tersebut hilang akibat burnout.

2. Kehilangan empati dan merusak hubungan

Dua orang ahli bernama Zhang dan Chamberlin mengadakan survei untuk mahasiswa dan wisudawan. Survei menunjukkan bahwa orang tua peserta yang punya tingkat workaholism sedang atau tinggi mendapatkan skor penerimaan diri yang rendah, skor tinggi untuk masalah kesehatan, dan skor rendah dalam hal kesejahteraan psikologis.

Sama halnya dengan kecanduan yang lain, workaholism dapat merusak kesehatan fisik maupun mental. Pada kebanyakan kasus, seorang gila kerja yang sudah menikah dan punya anak rentan mengalami kehancuran rumah tangga.

3. Tidak bisa mengendalikan, menerima, dan melihat diri sendiri

Seorang workaholic cenderung mengatur standar kinerja yang tidak mungkin untuk dicapai. Jika memang bisa menerapkan standar tersebut, paling-paling cuma bertahan sementara waktu. Alhasil, ketika tidak tercapai, dia akan melihat diri sendiri secara negatif.

Menurut dua ahli bernama Wilmar Schaufeli dan Akihito Shimazu, pekerjaan mengalahkan kehidupan pribadi bagi seorang gila kerja. Jadi, apa pun proyek pekerjaan yang gagal dilakukan, dia akan merasa kehilangan jati diri. Berhati-hatilah dengan workaholism karena kondisi ini dapat mengubah persepsi tentang dirimu!

4. Memicu masalah kesehatan

Sebuah studi yang diadakan oleh Hege R. Eriksen, Holger Ursin, dan Cecilie Schou Andreassen menunjukkan efek kerja berlebihan pada kesehatan fisik. Sebanyak 235 pegawai bank mengikuti studi ini. Hasilnya? Semakin tinggi jam kerja, semakin bertambah pula tingkat stres dan masalah kesehatan.

5. Mendapat perasaan tidak puas akan kehidupan dan menurunkan kinerja

Hal ini dibuktikan dari studi yang diadakan oleh Shimazu Akihito tentang hubungan kesejahteraan, workaholism, dan engagement kerja. Ternyata, workaholism bisa menurunkan motivasi, membuat seseorang tidak puas dengan kehidupan, serta menurunkan performa kerja.

Pada akhirnya, terlalu banyak bekerja dan mengejar ekspektasi orang lain bisa membuatmu menjadi seorang workaholic. Memang, kebanyakan dari kita tahu kalau menjaga keseimbangan pekerjaan adalah komponen kunci dari kesejahteraan hidup. Namun, hal ini terbilang gampang untuk dikatakan ketimbang dilakukan, apalagi saat dunia ini melihat pekerjaan sebagai tolok ukur harga diri dan kesuksesan.

Baca juga: Definisi Burnout, Ciri-ciri, Penyebab, dan Cara Mengatasinya

Untuk bisa mengurangi atau lepas dari sikap gila kerja, kamu perlu meningkatkan kesadaran penuh atas diri sendiri. Salah satu cara untuk melatih kesadaran diri adalah mendengarkan audiobookThe Courage to be Disliked” karya Fumitake Koga dan Ichiro Kishimi di Noice.

Dalam buku audio ini, ada episode tentang workaholism yang akan membantumu menyeimbangkan pekerjaan.Yuk, simak Noice dengan mengakses pemutar konten audio Indonesia versi web atau unduh aplikasinya di PlayStore dan AppStore!