Cerebral palsy – Beberapa waktu yang lalu, sempat heboh di media sosial tentang seorang ibu yang meminta keadilan di CFD, untuk anaknya yang mengidap Cerebral palsy atau serebral palsi. Apa itu cerebral palsy? Bagaimana penanganannya yang tepat? Yuk, simak dalam ulasan berikut.

Definisi Cerebral Palsy

Cerebral palsy adalah penyakit yang menyebabkan gangguan pada otak dan mempengaruhi fungsi saraf, koordinasi tubuh, gangguan tumbuh kembang, keseimbangan, gerak motorik, serta tonus otot. Gangguan ini terjadi karena otak tidak berkembang atau mengalami kerusakan saat kehamilan (penyakit bawaan), kelahiran, atau awal kehidupan setelah kelahiran.

Penyakit cerebral palsy merupakan gangguan kesehatan seumur hidup, bersifat permanen, dan tidak dapat disembuhkan. Namun, keluhan penyakit ini tidak akan bertambah buruk dan bisa dilakukan perawatan untuk membantu meningkatkan fungsi saraf. Dengan demikian, pengidap penyakit ini tetap dapat menjalankan aktivitas sehari-hari dan memiliki tingkat kecerdasan yang normal. Khususnya bagi mereka yang mengalami gejala ringan.

Gejala Penyakit Cerebral Palsy

Ringan atau beratnya gejala yang muncul pada penyakit cerebral palsy ini tergantung pada bagian otak yang terpengaruhi. Gejala yang biasanya muncul dalam 2 tahun pertama usia anak tersebut, antara lain:

Pergerakan dan koordinasi

  • Bayi dengan serebral palsi, umumnya menunjukkan gejala kecenderungan menggunakan satu sisi tubuh saat beraktivitas. Misal, merangkak dengan menyeret salah satu tungkai atau hanya menggunakan satu tangan untuk menggapai sesuatu.
  • Sulit melakukan gerakan dengan tepat, otot kaku atau justru sangat lunglai, dan sendi tidak terbuka sepenuhnya karena kaku.
  • Cara berjalan yang tidak normal, seperti menyilang, berjinjit, atau tungkai terbuka lebar.
  • Mengalami tremor pada beberapa anggota tubuh, seperti wajah, lengan, atau lainnya.
  • Melakukan gerakan menggeliat yang tidak terkontrol atau kejang.

Kemampuan makan dan berbicara

Penderita serebral palsi umumnya mengalami kesulitan saat berbicara dan makan karena gangguan otot di sekitar wajah. Gejala yang tampak, antara lain:

  • Disartria atau gangguan berbicara
  • Disfagia atau kesulitan menelan
  • Mengeluarkan air liur secara terus menerus
  • Mengalami kesulitan dalam mengunyah dan mengisap

Tumbuh kembang

  • Ukuran anggota tubuh jadi lebih kecil dibanding ukuran normal.
  • Lambat dalam perkembangan motorik dan kemampuan gerak, seperti merangkak, duduk, dan berguling.
  • Mengalami gangguan belajar dan kecerdasan.

Sistem saraf

Gangguan pada sistem saraf, akan menunjukkan gejala berupa kejang epilepsi, gangguan pendengaran dan penglihatan, kurang merespon pada rasa nyeri atau sentuhan, gangguan emosional dan perilaku, serta inkontinensia urine (tidak mampu menahan buang air kecil).

Meski gejala-gejala serebral palsi telah terlihat, jangan melakukan diagnosis sendiri. Anak tetap perlu diajak berkonsultasi dengan dokter, agar dapat dilakukan pemeriksaan lanjutan. Sehingga, apabila benar ditemukan gejala serebral palsi, dokter dapat memberikan terapi pengobatan yang tepat.

Baca Juga: Waspada! Ini Ciri-Ciri Penyakit Alzheimer & Cara Mengatasinya

Penyebab Cerebral Palsy

Hingga saat ini, belum diketahui secara pasti penyebab terjadinya serebral palsi. Namun, penyakit ini dapat dipicu oleh hal-hal berikut ini, loh:

Gangguan di masa kehamilan

Gangguan di masa kehamilan menjadi penyebab paling umum serebral palsi. Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan pada gen yang berperan dalam perkembangan otak. Selain itu, gangguan aliran darah ke otak janin serta perbedaan golongan darah rhesus antara ibu dan janin, juga memicu serebral palsi pada masa kehamilan.

Ibu hamil yang mengalami infeksi seperti cacar air, sifilis, rubella, zika, herpes, toksoplasmosis, atau cytomegalovirus, juga perlu waspada. Selain dapat menular pada janin, infeksi tersebut juga bisa memicu serebral palsi.

Gangguan setelah persalinan

Berikut beberapa faktor yang memicu kerusakan otak setelah bayi lahir:

  • Asfiksia atau kekurangan suplai oksigen pada otak bayi selama proses persalinan.
  • Kelahiran sungsang dengan kaki keluar terlebih dahulu.
  • Radang otak (ensefalitis) atau selaput otak bayi (meningitis).
  • Cedera kepala parah, misal kecelakaan.
  • Penyakit kuning yang parah.

Faktor Risiko Terkena Cerebral Palsy

Ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko serebral palsi pada bayi. Faktor-faktor tersebut, antara lain:

  • Kehamilan dan kelahiran bayi kembar dua, tiga, atau lebih. Risiko ini meningkat ketika salah satu bayi meninggal saat dilahirkan dan bayi yang lain selamat.
  • Bayi yang lahir dengan berat badan rendah, yaitu kurang dari 2,5 kilogram.
  • Kelahiran prematur kurang dari 37 minggu.
  • Selama hamil, ibu mengkonsumsi minuman beralkohol, merokok, atau menggunakan NAPZA.
  • Ibu memiliki masalah kesehatan, seperti kejang atau gangguan kelenjar tiroid.
  • Ibu hamil terpapar zat beracun, misal merkuri pada ikan atau kerang.

Penanganan Serebral Palsi yang Tepat

Penyakit cerebral palsy memang tidak dapat disembuhkan. Namun, penanganan dan perawatan sejak dini dapat membantu meningkatkan kualitas hidup anak. Dengan demikian, dapat membantu mengurangi rasa sakit dan anak bisa menjalani hidup dengan normal. Berikut terapi dan pengobatan yang umumnya diberikan dokter:

1. Terapi fisik

Terapi fisik ini bertujuan untuk membantu anak belajar bagaimana bergerak dengan keseimbangan yang lebih baik, mempertahankan tonus otot, atau memperkuat otot mereka. Anak dengan serebral palsi akan diberikan latihan khusus yang dapat mengurangi kejang dan meregangkan otot.

2. Terapi okupasi untuk melakukan tugas sehari-hari

Terapis okupasi akan membantu anak dengan serebral palsi untuk mengerjakan aktivitas sehari-hari, seperti menggunakan gunting, menggunakan sendok makan, menyikat gigi, menulis di papan untuk mereka yang sudah sekolah, dan tugas lainnya.

3. Terapi wicara

Terapis akan membantu anak dengan serebral palsi untuk belajar membentuk kata-kata dan berbicara lebih jelas. Jika mereka tidak dapat berbicara, terapis akan mengajarkan cara berkomunikasi yang lain, seperti bahasa isyarat.

Selain itu, terapis juga membantu mereka untuk mengontrol otot mulut dan lidah. Dengan demikian, mereka bisa makan dengan baik dan dapat mengontrol air liur.

4. Pemberian obat

Serebral palsi berkaitan dengan masalah otot dan saraf. Oleh karena itu, dokter akan meresepkan obat-obatan untuk mengendurkan otot dan mengurangi kejang. Dengan demikian, anak dengan serebral palsi bisa mengontrol otot dan bergerak dengan lebih bebas. Resep obat ini tentu disesuaikan dengan kondisi pasien.

5. Operasi

Pada kasus di mana kejang otot tidak dapat diatasi dengan terapi atau obat-obatan, maka tindakan operasi mungkin diperlukan. Dokter akan memotong saraf yang terlalu aktif di tulang belakang, sehingga otot menjadi rileks dan rasa sakit pun berkurang.

6. Perangkat pendukung

Beberapa perangkat, seperti kursi khusus, alat bantu jalan, skuter, alat makan, alat tulis, hingga perangkat komputer khusus, mungkin dibutuhkan bagi sebagian pengidap serebral palsi untuk membantu mereka beraktivitas dengan nyaman.

Baca Juga: Mental Health Awareness: Apa Pentingnya?

Nah, demikian penjelasan tentang cerebral palsy dan penyebabnya. Kisah lengkap perjuangan seorang ibu untuk anaknya yang berkebutuhan khusus bisa kamu dengarkan di podcast Raising Angels yang tersedia di Noice.

Nggak cuma podcast aja, Noice juga menawarkan banyak hiburan dalam format audio lainnya seperti audiobook, audioseries, ataupun radio online. Nah, kamu bisa unduh aplikasi Noice ini di PlayStore atau AppStore. Yuk, download aplikasinya sekarang!

Podcast “Raising Angels”

by Becky Tumewu