Hadits tentang puasa memuat penjelasan mengenai ibadah yang disukai dan dianjurkan untuk dikerjakan umat Islam. Puasa sendiri termasuk rukun Islam ketiga dan terdiri dari dua jenis, yakni wajib dan sunah. Puasa merupakan salah satu bentuk ketakwaan terhadap Allah Swt. Ketika berpuasa, kamu harus berniat menahan diri dari makan, minum, dan hawa nafsu sejak azan subuh hingga berkumandangnya azan magrib.

Apa Itu Tafsir Al-Qur’an dan Hadits? 

Selain hadits tentang puasa, terdapat tafsir ayat Al Quran soal puasa. Tafsir merupakan ilmu untuk mempelajari dan memahami kandungan kitab suci Al-Qur’an beserta penjelasan, makna, dan hikmahnya. Secara istilah, tafsir adalah makna ayat Al-Qur’an, sebab turunnya ayat, dan keadaan kisah yang menunjukkan makna zahir sesuai dengan kemampuan manusia.

Tafsir puasa adalah ilmu untuk mempelajari dan memahami kandungan, makna, serta hikmah ayat Al-Qur’an mengenai puasa. Berbeda dengan tafsir, hadits merupakan ucapan, perbuatan, maupun pengakuan yang datangnya dari Rasulullah Saw. Hadits juga bisa disebut sebagai sesuatu yang diberitakan, dibicarakan, serta dipindahkan dari satu pihak ke pihak lainnya. 

Dalam Islam istilah hadits artinya melapor serta mencatat pernyataan dan tingkah laku Rasulullah Saw. Sebuah riwayat disebut sebagai hadis apabila telah memenuhi lima unsur, yakni: 

  • Rawi (periwayat). Rawi merupakan informan yang terdiri dari sahabat, tabi’in, dan tabi’t tabi’in, seterusnya.
  • Sanad (sandaran atau rantai penutur).
  • Mukharrij (periwayat yang membukukan hadis).
  • Shiyaghul ada’ (redaksi dalam meriwayatkan hadis).
  • Matan hadis (redaksi yang digunakan rawi untuk meriwayatkan hadis).

Dari penjelasan singkat di atas dapat disimpulkan bahwa hadits tentang puasa adalah ucapan, perbuatan, maupun pengakuan Rasulullah Saw mengenai puasa.

Baca Juga: Sejarah Puasa Ramadhan, Ketahui Keutamaan dan Tata Caranya

Kajian Ustad Das’ad Latif

by Ustadz Das’ad Latif

Tafsir Al-Qur’an dan Hadits Tentang Puasa

Kendati dalil puasa lebih banyak merujuk pada puasa Ramadhan, beberapa tafsir Al-Qur’an dan hadits tersebut juga dapat digunakan untuk memperkuat perintah Allah SWT mengenai puasa.

Surat Al Baqarah Ayat 183

Perintah puasa terdapat pada surat Al-Baqarah ayat 183 yang berbunyi,

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ

Artinya: “Hai orang-orang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian supaya kamu bertakwa.” (QS Al Baqarah: 183)

Ayat yang diturunkan di Madinah tersebut mengandung pelajaran mengenai ibadah puasa. Puasa merupakan ikrar keimanan seseorang yang diwujudkan dalam tindakan menahan diri sehari penuh untuk mendapatkan rida Allah Swt. Berpuasa juga memberikan banyak manfaat, yakni menyehatkan badan, pikiran, dan jiwa. 

Puasa merupakan tanda kesempurnaan iman dan takwa seorang hamba. Sebagaimana tertera dalam Al-Qur’an, Allah Swt hanya menerima puasa dari seorang hamba yang beriman. Iman sendiri artinya membenarkan atau percaya kepada Allah Swt, malaikat, kitab, rasul, hari kiamat, serta qada dan qadar baik maupun buruk.

HR Bukhari

Tafsir dalil puasa Ramadhan juga dijelaskan dalam beberapa hadits. Salah satunya adalah HR Bukhari dikutip dari Kitab Riyadhus Shalihin oleh Imam An-Nawawi. Hadits tersebut berbunyi dari Abu Hurairah Ra, Rasulullah Saw bersabda,

صُومُوا لِرُؤْيَتِهِ وَأَفْطِرُوا لِرُؤْيَتِهِ فَإِنْ غُبِّيَ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوا عِدَّةَ شَعْبَانَ ثَلَاثِينَ

Artinya: “Berpuasalah kalian karena melihat hilal dan merayakan hari raya karena melihatnya. Apabila hilang dari penglihatanmu, sempurnakan bilangan Syakban hingga tiga puluh hari.”

Dari hadis tersebut dapat ditafsirkan bahwa umat muslim diperintahkan untuk menjalankan ibadah puasa Ramadhan ketika hilal atau bulan sabit telah terlihat serta selesaikan puasa dan bersuka cita di hari raya sebagai hari kemenangan. Apabila hilal tersebut tidak terlihat, genapkan bulan Syakban hingga tiga puluh hari barulah memasuki bulan suci Ramadan.

HR Bukhari dan Muslim

Hadits tentang puasa lain juga diriwayatkan oleh HR Bukhari dan Muslim. Hadits ini meriwayatkan Thalhah bin Ubaidillah RA menyebut bahwa seseorang mendatangi Rasulullah Saw dan bertanya mengenai kewajiban tentang puasa. “Ya Rasulullah, katakan padaku apa yang Allah wajibkan tentang puasa?” Rasulullah menjawab, “Puasa Ramadhan”. “Apakah ada lagi selain itu?”. Rasulullah menjawab, “Tidak, kecuali puasa sunah.”

Tafsir hadits puasa Ramadhan tersebut menjelaskan bahwa bahwa kewajiban puasa seorang muslim adalah puasa Ramadhan. Selain puasa Ramadhan tidak ada kewajiban puasa lain yang dibebankan pada muslim. Seorang muslim boleh berpuasa sunah dan tidak berdosa apabila tidak dikerjakan. 

Puasa Ramadhan wajib dilaksanakan, kecuali berhalangan karena faktor yang diperbolehkan. Contohnya: haid, nifas, sakit, atau sedang perjalanan jarak jauh. Meskipun demikian, kamu harus mengganti utang puasa Ramadan di lain waktu. Batas puasa pengganti Ramadan atau disebut puasa qada adalah sebelum datangnya bulan Ramadan selanjutnya.

HR Ahmad

Ada pula riwayat yang menjelaskan tentang keutamaan bulan Ramadhan dan dalilnya yang berbunyi,

قَدْ جَاءَكُمْ شَهْرُ رَمَضَانَ شَهْرٌ مُبَارَكٌ افْتَرَضَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ يُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَتُغَلُّ فِيهِ الشَّيَاطِينُ فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ

مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ

Artinya: “Telah datang kepada kalian bulan yang penuh berkah, diwajibkan kepada kalian ibadah puasa, dibukakan pintu-pintu surga dan ditutuplah pintu-pintu neraka serta setan-setan dibelenggu. Di dalamnya terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa yang tidak mendapatkan kebaikannya berarti ia telah benar-benar terhalang atau terjauhkan (dari kebaikan).”

Tafsir hadits tentang Ramadhan yang diriwayatkan HR Ahmad tersebut juga menyebutkan keistimewaan bulan Ramadhan. Ketika Ramadhan, setiap orang wajib untuk berpuasa dan di waktu tersebut pintu surga dibuka. Sebaliknya, pintu neraka ditutup dan setan dibelenggu. Artinya, di bulan Ramadhan kamu harus bisa melawan diri sendiri dan menekan hawa nafsu.

Di dalam bulan Ramadhan juga terdapat malam istimewa yang lebih baik daripada seribu bulan, yaitu Lailatulqadar. Malam ini merupakan malam diturunkannya Al-Qur’an yang ditandai dengan suasana pagi yang tenang dengan udara sejuk, tidak terlalu panas. Matahari terlihat kemerahan, sedang bulan tampak separuh. Dalam hadis, malam Lailatulqadar hadir di malam ganjil, sepuluh hari terakhir Ramadan.

Baca Juga: Apa Hadist Tentang Sedekah dan Mengenal Macam-Macam Sedekah

Hal itulah yang menjadi dasar anjuran bahwa setiap muslim harus berusaha sebaik mungkin untuk menahan diri dari godaan dan keinginan yang membatalkan puasa. Seorang muslim juga sangat disarankan untuk memperbanyak ibadah yang dapat mendekatkan diri pada Allah Swt sekaligus mempertebal kadar keimanan. 

Beberapa ibadah tersebut, meliputi berzikir, memperbanyak membaca Al-Qur’an, mengikuti pesantren kilat, bersedekah, salat sunah, dan itikaf di sepuluh hari terakhir. Ibadah ini diharapkan mampu meningkatkan kecintaan terhadap Allah Swt dan Rasulullah serta memperkuat iman dan menjadi amalan yang mampu membawa keridaan dan memperberat timbangan di akhirat kelak.

*****

Demikianlah informasi mengenai hadits tentang puasa dan dalil tentang puasa yang perlu kamu ketahui. Kalau kamu tertarik mendengarkan audiobook atau audioseries seru lainnya, install aplikasi Noice melalui PlayStore atau AppStore.

Selain itu, kamu juga bisa mendengarkan podcast agama dan spiritual lain via web player Noice, lho. Tunggu apa lagi? Ayo, tambah pengetahuan baru bersama Noice!

Podcast Kasturi

by Komeng, Adul, & Ust. Subki