Self HarmDalam hidup, manusia selalu mengalami permasalahan. Entah besar ataupun kecil, ringan atau berat, permasalahan itu selalu menuntut manusia untuk berpikir dan menemukan solusinya. Sayangnya, respons manusia dalam menghadapi permasalahan itu bermacam-macam. Ada yang tenang sambil memikirkan solusi. Ada pula yang reaktif, kemudian melakukan tindakan negatif untuk melampiaskan emosinya.

Salah satu bentuk reaksi negatif manusia saat mengalami tekanan dalam hidup ialah self harm. Perilaku ini dapat terjadi karena beberapa faktor, seperti kekecewaan atas hidup, stress atau depresi, kebencian pada diri sendiri, tekanan lingkungan, perasaan hampa, dan gangguan psikologis. Sebenarnya apa itu self harm? Bagaimana pula cara berhenti self harm?

Pengertian Self Harm

Self harm adalah perilaku menyakiti atau melukai diri sendiri yang pastinya membahayakan diri sendiri. Ada beberapa cara, misalnya menyayat bagian tubuh, menggores bagian tubuh, membenturkan kepala, memukul diri sendiri, membakar kulit, dsb. Untuk membuat luka di bagian tubuh, benda yang digunakan ialah benda tajam, misalnya cutter, potongan kaca, atau pisau.

Perilaku ini sering muncul ketika usia remaja, tapi tidak menutup kemungkinan terjadi pula pada fase dewasa. Perilaku ini lebih bertujuan untuk menyakiti diri sendiri, tidak sampai mengakhiri hidup. Meskipun demikian, risiko kematian tidak sengaja juga ada manakala tindakannya sudah amat membahayakan.

Tindakan membahayakan diri sendiri ini biasanya merupakan bentuk pengalihan emosi seseorang atas kekecewaan, rasa marah, kesal, dan perasaan lainnya. Tindakan ini dilakukan secara diam-diam karena pelakunya merasa tidak ada orang yang bisa dijadikan tempat berkeluh-kesah. Perasaan lega dan puas merupakan hal yang dicari pelakunya saat melukai diri sendiri. Namun, perasaan itu tentunya hanya semu karena pada kenyataannya, permasalahan dalam hidupnya tidak mendapatkan solusi.

Penyebab Self Harm

Self harming artinya perilaku menyakiti diri sendiri yang bisa disebabkan oleh beberapa hal, bisa karena faktor psikologis maupun faktor lingkungan. Nah, hal yang dapat menyebabkan seseorang melakukan self harm antara lain:

Depresi

Apabila seseorang sedang dalam kondisi tertekan, mereka sering tidak dapat mengontrol emosi sehingga kecenderungan untuk menyakiti diri sendiri menjadi lebih besar. Dalam pikiran orang-orang yang depresi, tidak ada yang namanya berpikir secara rasional. Mereka hanya ingin menghilangkan atau setidaknya meredakan tekanan tersebut dengan cara self injury.

Merasa Tidak Dihargai dan Diinginkan

Banyak pelaku self harm yang berangkat dari luka psikologis atau trauma yang diakibatkan oleh pengalaman buruk di masa lalu, misalnya pelecehan seksual, bullying, hingga putus cinta. Hal tersebut kemudian membuat orang-orang tersebut menjadi merasa tidak berharga, rendahan, gagal, dan memvonis diri mereka tidak akan mempunyai masa depan. Alhasil, solusi yang mereka pilih adalah dengan menyakiti diri sendiri.

Pelampiasan Emosi yang Salah

Emosi pada diri manusia harus dikontrol dan dilampiaskan dengan baik, akan tetapi banyak dari kita yang bahkan tidak paham bagaimana caranya. Jangankan untuk mengontrol, mengenali emosi seperti apakah sedang sedih, kecewa, sampai bahagia pun masih banyak yang belum bisa.

Padahal kalau kita bisa mengenali emosi diri sendiri, maka kita pun bisa mengelolanya dengan baik. Sehingga nantinya kita tidak melampiaskan emosi dengan cara yang salah seperti halnya menyakiti diri sendiri.

Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial yang dimaksud adalah lingkungan pertemanan hingga lingkungan keluarga. Sebab banyak kasus self harm yang disebabkan oleh tekanan yang diberi oleh lingkungan sekitar pelaku, sehingga kecenderungan untuk melakukan self harm menjadi lebih besar karena pelaku berhadapan dengan sumber masalah setiap harinya.

Macam-Macam Self Harm

Tak sebatas menyayat bagian tubuh, ada beberapa macam tindakan membahayakan diri sendiri.

1. Stereotype Self-injury Behavior

Stereotype self-injury behavior merupakan tindakan menyakiti diri sendiri yang paling ringan dan sering dijumpai. Terkadang, seseorang bahkan melakukannya secara sadar. Bentuk tindakannya misalnya, menjambak rambut sendiri, menyayat pergelangan tangan, dan melakukan diet secara ekstrem. Diet secara ekstrem ini sering kali ditempuh orang manakala terjadi body shaming, tuntutan pekerjaan, tekanan lingkungan, atau rasa insecure.

Meskipun tergolong ringan, tetap ada risiko mengalami kerusakan jaringan tubuh. Apabila sering dilakukan, tindakan ini dapat digolongkan percobaan bunuh diri. Tentu saja risiko hilangnya nyawa juga tinggi.

2. Major Self-defeating Behavior

Perilaku ini tergolong lebih tinggi daripada kategori sebelumnya. Pada perilaku ini, pelaku melakukan tindakan menyakiti diri sendiri dengan risiko cedera permanen. Misalnya, memotong jari dan membakar bagian tubuh. Biasanya pelaku sudah mengalami depresi berat sehingga segera diperlukan penanganan dari tenaga profesional.

3. Compulsive Self-defeating Behavior

Pada kategori ini, pelaku melakukan tindakan menyakiti diri sendiri secara berulang-ulang dalam sehari. Misalnya, membenturkan kepala ke dinding, menjambak rambut dan memakannya, menggigit kuku, dan memukul tembok.

Baca juga: Tips & Panduan Cara Mengatasi Depresi

Eps. 68 “Self Harm”

by Podcast FromToBy.Us

Contoh Aktivitas Self Harm

  • Tangan di silet hingga berdarah
  • Menjambak rambut dengan keras
  • Meminum obat hingga overdosis
  • Membakar bagian tubuh
  • Memukul tembok
  • Menggaruk diri sendiri hingga berdarah
  • Membenturkan kepala dengan keras

Cara Berhenti Self Harm

Jika kamu sadar bahwa dalam dirimu ada dorongan untuk menyakiti diri sendiri, kamu bisa mencoba beberapa cara berhenti self harm berikut. Harapannya, perilaku ini bisa kamu hentikan sehingga hidupmu menjadi lebih berkualitas.

Bagi Diri Sendiri

1. Kenali Diri Lebih Baik

Yang pertama harus kita lakukan ialah mengenali diri lebih. Dengan mengenal diri lebih baik, kita akan tahu bahwa diri kita punya berbagai potensi yang patut dikembangkan. Kita juga jadi paham bahwa hidup ini berharga dan pasti ada orang yang membutuhkan kita.

Kita juga bisa mencari akar permasalahan kenapa kita berperilaku seperti itu dan memahami alarm dalam tubuh manakala dorongan itu muncul. Kemudian kita dapat mencoba mencari pengalihan dengan hal yang tidak membahayakan. Singkirkan hal-hal berbahaya yang biasanya digunakan untuk menyakiti diri sendiri. Misalnya, menyimpan benda-benda tajam di tempat yang tidak mudah diakses.

2. Lakukan Kegiatan yang Positif

Agar pikiranmu tidak mudah teralihkan ke hal-hal negatif, isilah waktumu dengan kegiatan yang positif. Cari tahu apa hobimu, kemudian lakukan di waktu-waktu senggang atau ketika dorongan itu muncul. Jika kamu suka olahraga, salurkan energimu itu untuk berlatih di gym, berlari, bersepeda, atau memukul samsak. 

Begitu juga kalau kamu punya hobi lain, misalnya memasak. Salurkan kemarahanmu dengan memotong-motong bahan makanan atau mengulek bumbu. Energimu pun tersalurkan untuk hal yang tidak membahayakan diri sendiri. Justru ada manfaat positif yang kamu peroleh.

3. Lakukan Refreshing

Kepenatan menghadapi tekanan di pekerjaan, keluarga, maupun lingkungan pertemanan sering kali membuatmu merasa suntuk. Daripada pikiranmu kosong, lantas muncul dorongan untuk menyakiti diri sendiri, ambil sedikit waktu untuk refreshing. Ambil cuti atau gunakan waktumu di akhir pekan untuk berjalan-jalan ke tempat yang kamu inginkan.

Barangkali dengan menghirup udara yang sejuk, segala keruwetan di pikiranmu bisa terurai. Melihat pepohonan hijau bisa membuat pikiranmu segar kembali. Begitu juga ketika menyentuh air, pikiranmu bisa sedikit rileks. Cobalah untuk tersenyum dan syukurilah alam yang begitu indah yang masih bisa kamu nikmati dengan panca indramu.

4. Tingkatkan Kehidupan Spiritual

Ketika jiwa kita terasa kosong, barangkali Tuhan adalah tempat berpulang yang terbaik. Ibadah dan doa yang khusyuk bisa membantu kita untuk mencari ketenangan. Dalam kondisi sunyi, kita bisa berdialog dengan Tuhan tentang arti hidup. Satu hal yang perlu kita ingat, Tuhan mengirim kita dunia pastilah dengan misi tertentu. Tugas kita ialah menemukan misi itu dan menyelesaikannya.

5. Gunakan Jasa Tenaga Profesional

Pintu terakhir bagi perilaku membahayakan diri sendiri yang sudah ekstrem ialah menggunakan jasa tenaga profesional. Hubungi psikolog atau psikiater agar kamu mendapatkan konsultasi dan terapi. Saat ini, akses ke psikolog lebih mudah. Kamu bahkan bisa mengaksesnya lewat puskesmas dengan biayanya lebih ringan.

Kalaupun kamu bukanlah pelakunya, kamu perlu waspada jika ada orang terdekatmu yang menunjukkan tanda-tanda tersebut. Semakin dini gejalanya disadari, semakin rendah pula risiko berbahaya yang ditimbulkannya.

Bagi Lingkungan Sekitar

1. Edukasi tentang kesehatan jiwa

Lembaga masyarakat beserta instansi pendidikan seperti sekolah-sekolah perlu melakukan yang namanya edukasi atau penyuluhan tentang kesehatan jiwa kepada anak-anak remaja, khususnya terkait self harm. Sebab seperti yang kita sama-sama tahu, kesadaran dan pengetahuan tentang kesehatan jiwa di kalangan masyarakat Indonesia masih tergolong minim.

Sehingga dengan dilakukannya program-program penyuluhan, diharapkan kasus self harm pada remaja dapat ditekan hingga jumlahnya berkurang.

2. Jangan menghakimi atau memberinya label negatif

Manusia cenderung menghakimi dan memberi label negatif terhadap sesuatu yang dinilai menyimpang, sehingga secara tidak langsung akan memengaruhi sikap dan penilaian kita terhadap para pelaku self harm. Hal tersebut kemudian yang membuat para pelaku pada akhirnya enggan untuk bercerita, sebab alih-alih mendapat solusi, mereka justru akan mendapat label buruk dan dihakimi.

3. Luangkan waktu dan beri perhatian

Orang tua seharusnya meluangkan waktu untuk memberi perhatian kepada anak-anaknya, terlebih yang sudah menginjak usia remaja. Walaupun anak remaja selalu ingin apa-apa dilakukan sendiri, akan tetapi tetap saja mereka sejatinya masih membutuhkan perhatian dari kedua orang tuanya.

Cukup dengan mendengar setiap keluhan atau cerita mereka, jangan malah dinasehati macam-macam. Orang tua sejatinya hanya perlu menerima dan memahami perasaan anaknya, apabila mereka butuh saran barulah orang tua memberikannya.

4. Kenali tanda-tanda pelaku self harm

Para pelaku self harm biasanya mempunyai ciri-ciri yang dapat kita kenali secara kasatmata, ciri paling menonjol adalah adanya luka-luka di bagian tubuh. Misalnya barcode tangan pakai silet, luka bakar di beberapa area tubuh, hingga memar di buku-buku jari. Namun, sering kali mereka menutup luka tersebut dengan cara memakai baju lengan panjang atau penutup lainnya. Selain itu mereka juga akan mengelak ketika ditanya mengenai luka tersebut.

Baca juga: Apa Itu Anxiety Disorder: Definisi, Ciri-ciri, dan Cara Mengatasinya

Jika butuh referensi lebih lanjut tentang self harm, kamu bisa mendengarkannya lewat Podcast FromToBy.Us, terutama episode 68 dengan judul “Self Harm”. Tentunya, instal dulu aplikasi Noice di Play Store atau App Store, rumah konten audio Indonesia, kemudian temukan berbagai podcast dengan tema menarik. Mulai dari komedi, olahraga, parenting, politik, hingga musik.

Podcast FromToBy.Us - Noice